Rabu, 13 November 2013

Gastritis



GASTRITIS
1.  Pengertian Gastritis
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang paling sering terjadi adalah gastritis superfisialis akut dan gastritis atrofik kronik (Silvia, 1994 ).
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi (Agus, 2009).
Gastritis merupakan radang pada lambung yang dapat disebabkan karena banyak faktor. Faktor penyebab gastriris diantaranya karena rangsangan makanan yang terlalu pedas, panas, asam atau faktor yang lain. Selain itu juga sering disebabakan oleh kuman yang menyerang selaput lendir lambung(Anies, 2005).

Gastritis merupakan peradangan mukosa (selaput dalam) lambung. Biasanya, mukosa sangat tahan terhadap asam. Namun, karena suatu hal menjadi tidak tahan. Penyebabnya bermacam-macam, seperti infeksi bakteri helicobacter pylori atau stres yang berat karena penyakit akut yang berat, seperti luka bakar dan pemakaian obat-obat yang keras, seperti obat rematik (NSAID). Gejala penyakit ini tergantung berat atau ringannya penyakit. Kadang-kadang, perut dibagian tengah atas terasa sakit, perih, rasa terbakar, mual, dan kembung (Rozaline, 2006).

Dunia kesehatan, mengenal gastritis sebagai penyakit lambung atau dyspepsia. Sebagai organ cerna, lambung berfungsi untuk :
a.         Menyimpan makanan
b.    Mencernakan kembali makanan menjadi partikel yang lebih kecil untuk diteruskan ke duodenum/duodenal
Gastritis atau Dyspepsia atau istilah yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang biasanya sering mual, muntah, tidak nyaman, dan lain-lain.
 

Etiologi atau penyebab gastritis dibedakan menurut jenisnya, yaitu sebagai berikut :
1.         Gastritis akut
Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut, antara lain :
a.         Obat-obatan, seperti obat anti-inflamasi nonsteroid/OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung.
b.         Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin
c.         Infeksi bakteri; seperti H. phylori (paling sering), H.heilmanii, streptococci, staphylococi, proteus spesies, Clostridium spesies, E.coli,tuberculosis dan secondary syphilis.
d.        Infeksi virus oleh Sitomegalovirus.
e.         Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis.
f.          Stress fisik yang disebabkan oleh lukabakar,trauma, pembedahan,gagal napas, gagal ginjal dan kerusakan saraf pusat.
g.         Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi mukosa lambung.
h.         Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan untuk menjaga intergritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung.

2.      Gastritis kronik

Penyebab pasti dari gastriris kronik belum diketahui tetapi ada dua predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik yaitu, infeksi dan non infeksi.
a.         Gastritis infeksi
Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan memberikan manifestasi peradangan kronis yaitu,
a)        H. pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri ini merupakan penyebab utama dari gastritis kronik.
b)        Helicobacter heilmannii, Mycobacteriosis, dan Syphilis
c)        Infeksi parasit
d)       Infeksi virus

b.        Gastritis non infeksi
a)        Kondisi imunologi  (autoimun) didasarkan pada kenyataan, terdapat kira-kira 60% serum pasien gastritis kronik mempunyai antibodi terhadap sel parietalnya.
b)        Gastropati akibat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu kronik dan kontak dengan OAINS atau Aspirin.
c)        Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum terlalu banyak beredar pada mukosa lambung.
d)       Gastritis granuloma non infeksi kronik yang berhubungan dengan berbagai penyakit, meliputi penyakit Chron, Sarkoidosis, Wegener granulomatosis, penggunaan kokain, Isolated granulomatous gastritis, Eosinophilic granuloma, Allergic granulomatosis dan vasculitis, Plasma cell granulomas, Rheumatoid nodules, granulomatus kronik pada anak-anak, dan tumor amyloidosis.
e)        Gastritis limfositik, sering disebut dengan  collagenous gastritis
f)         Eosinophilic gastritis
g)        Injuri radiasi pada lambung
h)        Iskemik gastritis
i)          Gastritis sekunder dari terapi obat-obatan

2.   Gejala Gastritis
Gejala yang ditimbulkan atau yang dirasakan oleh penderita gastritis (lebih dikenal dengan maag) antara lain:
a.    Mual dan muntah
b.    Hiperperistaltik
c.    Hematemesis atau muntah darah (berwarna hitam)
d.   BAB darah
e.    Menggigil, demam
f.     Ansietas(cemas) atau ketakutan
g.    Penurunan tekana darah
h.    Adanya peningkatan nadi
i.      Distensi(ketegangan) abdomen
j.      Peningkatan peristalik usus
k.    Nyeri tekan abdominal (epigastrium)
l.      Peningkatan bising usus
m.  Dehidrasi (ringan, sedang, atau berat)
n.    Peningkatan suhu tubuh
 (Priyanto, 2008)
Gastritis yang terjadi tiba-tiba (akut) biasanya mempunyai gejala mual dan sakit pada perut bagian atas, sedangkan gastritis kronik yang berkembang secara bertahap biasanya mempunyai gejala seperti sakit yang ringan pada perut bagian atas dan terasa penuh atau kehilangan selera. Gastritis dapat menyebabkan pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat yang sama juga terjadi borok/luka pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan perawatan segera.
Sebagian besar penderita gastritis kronik tidak memiliki keluhan. Sebagian kecil saja yang mempunyai keluhan biasanya berupa : nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, nyeri seperti ulkus peptik dan keluhan-keluhan anemia. Pada pemeriksaan fisis sering tidak dapat dijumpai kelainan. Kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrium yang ringan saja. Pemeriksaan laboratorium juga tidak banyak membantu. Kadang-kadang dapat dijumpai anemia makrositik. Analisis cairan lambung kadang-kadang terganggu. Dapat terjadi aklorhidria. Kadar gastrin serum meninggi pada penderita gastritis kronik fundus yang berat. Antibodi terhadap sel parietal dapat dijumpai pada sebagian penderita gastritis kronik fundus.

3.    Diagnosis
Bila seseorang didiagnosa terkena gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui secara jelas penyebabanya. Pemeriksaan tersebut meliputi :
1.      Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibakteri H.pylori dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.
2.      Pemeriksaan pernapasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi H.pylori atau tidak.
3.      Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylori dalam feces atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini menunjukkan adanya perdarahan pada lambung.
4.      Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esophagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimatirasakan (anestesi) sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada  jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu lebih kurang 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang, lebih kurang satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan ondoskop.
5.      Ronsen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.

4.    Pengobatan dan Pencegahan Gastritis
Penderita gastritis dapat disembuhkan yaitu dengan melakukan beberapa pengobatan yang rutin dilakukan. Pengobatan tersebut anatara lain :
Pengobatan untuk gastritis akut antara lain:
a.         Mengonsumsi makanan lunak
b.        Istirahat total
c.         Pemberian antibiotik selama base toxic, yaitu :
1.         Streptomycin 1g/hari selama 3 hari
2.         Neomycin 2g/hari selama 5 hari
d.        Simptomatis
e.         Pemberian antibiotik : penicilin
Pengobatan untuk gastritis kronik, antara lain :
a.         Istirahat total
b.        Mengonsumsi makanan lunak
c.         Mengonsumsi vitamin B12, Fe, liver extract
d.        Simptomatis
e.         Mengonsumsi antikoligeragik

Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terkena radang lambung (gastritis) adalah dengan makan teratur. Jangan biasakan melewati waktu makan. Jika dapat resep dari dokter untuk mengurangi rasa sakit, minum sesudah makan atau minta obat yang dapat melindungi mukosa lambung. Jika ada gejala sakit maag, pilh makanan yang mudah dicerna, dan sayur. Tetapi pilih yang tidak asam dan tidak menimbulkan gas (Rozaline, 2006).
            Ada beberapa terapi yang dapat dilakukan dalam penyembuhan gastritis, antara lain :
a.    Medikamentosa
1.    Bila diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebabnya. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum (misalnya aluminium hidroksida); untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka encer. Bila korosi luas atau berat, anetik dan lafase dihindari karena bahaya perforasi. Pemberian obat-obat H2 bloking, antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain.
2.    Terapi yang lain mencakup intubas, analgesik dan sedatif, anatasida serta cairan intravena. Endoskopi fiberoptik dapat digunakan apabila diperlukan.
b.    Gizi
     Menghindari makanan dan minuman yang dapat memperparah kerusakan pada mukosa lambung, seperti :
1.    Makanan dan minuman yang banyak mengandung gas dan terlalu banyak serat, antara lain sayuran tertentu (sawi, kol), buah-buahan tertentu (nangka, pisang ambon)
2.    Makanan yang sulit dicerna yang dapat memperlambat pengosongan lambung. Karena hal ini dapat meningkatkan asam lambung, seperti makanan berlemak, kue tart, coklat dan keju.
3.    Menghindari minuman yang mengandung kafein karena kafein adalah stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitaas lambung dan sekrisi pepsin. Penggunaan alkohol juga dihindari demikian pula dengan rokok, karena nikotin akan mengurangi sekresi bikarbonat pankreas dan karenanya menghambat netralisasi asam lambung dalam duodenum. Selain itu nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis, yang menigkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menyebabkan mual dan muntah.
                       
Berbagai faktor yang menghambat pemulihan jaringan
1.      Usia lanjut, kemampuan untuk terjadinya reaksi radang yang adekuat, menurun dengan bertambahnya usia.
2.      Gizi, Metabolisme sel akan terganggu pada keadaan malnutrisi.
3.      Penurunan imunitas.
4.      Penyakit tertentu, misalnya diabetes yang mengakibatkan gangguan sirkulasi, sehingga memperlambat reaksi vaskuler.
5.      Tumor ganas, misalnya lekemis akan menhambat mobilisasi lekosit.
6.      Obat, obat sitostatik akan mengakibatkan penekananfungsi sumsun tulang.
7.      Infeksi, misalnya infeksi akibat jamur dan bakteria.
8.    Kerusakan akibat reaksi radang, radang yang mengakibatkan fistula, perforasi atau abses akan menghalangi penyembuhan.


DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2005. Seri Kesehatan Umum Pencegahan dan Gangguan Kesehatan. Jakarta : Elex Media Komputindo

Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna. Jakarta : Pustaka Populer Obor 

Mutaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC 
Robbins, S.L., dan Kumar, V. 1995. Buku Ajar Patologi I. Edisi 4. Alih bahasa, Staf Pengajar Laboratorium Patologi Anatomi, FK Unair. Surabaya : EGC
Priyanto, Agus dan Sri Lestari. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta. Salemba Medika
Rozaline, Hartin. 2006. Terapi Jus Buah dan Sayuran. Jakarta: Niaga Swadaya
Underwood, JCE. 1999. Patologi Umum dan Sistematik volume 1 edisi 2. Jakarta: EGC
 






















Tidak ada komentar:

Posting Komentar